Jumat, 23 November 2012

Hafalan Surat Delisa - Sinopsis


Namanya Delisa,  seorang gadis cantik kecil yang tinggal di Lhok Nga bersama kakaknya, Fatimah yaitu kakak sulungnya, Cut Aisyah dan Cut Zahra si kembar yang memilika sifat yang sangat berbeda, dan tentu saja dengan Ummi. Abi Delisa bekerja jadi pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – perusahaan di Arun.

Kehidupan Delisa sangatlah menyenangkan, dia mengaji di rumah Ustad Rahman dan sehabis pulang mengaji, dia pasti selalu bermain bola bersama temannya, Tiur. Ya, Delisa memang tidak seperti anak-anak perempuan biasa yang suka bermain boneka atau pun permainan anak perempuan lainnya.

Seperti ‘ritual’ di keluarga ini, Ummi berjanji akan memberikan Delisa kalung bernama inisialnya jika Delisa sudah hafal hafalan surat, itulah mengapa Delisa sangat sangat bekerja keras untuk menghafal hafalan tersebut. “D untuk Delisa!” Begitulah ucapannya tiap hari. Koh Acan, nama penjual kalung yang Delisa sangat inginkan itu.

Hidup Delisa yang semula terasa indah, seketika berbalik 180 derajat pada 26 Desember 2004. Saat itu Delisa dengan diantar oleh Ummi tengah bersiap untuk menjalankan ujian praktik salat. Tiba-tiba terjadi musibah gempa yang tak lama berselang disusul datangnya tsunami. Tak pelak, tsunami menghantam sekaligus menggulung Desa Lhok-Nga, termasuk tubuh kecil Delisa.

Tapi Tuhan berkata lain, tubuh kecil Delisa yang sudah pingsan berhari – hari itu ditemukan oleh Prajurit Smith, walaupun kaki kanan Delisa harus diamputasi. Ya, keadaan Delisa sekarang memang mengundang iba banyak orang termasuk Prajurit Smith, yang sempat mempunyai niat untuk mengadopsi  Delisa. Namun akhirnya Prajurit mengurungkan niatnya karena Delisa sekarang sudah bertemu dengan Abi-nya, Abi Usman. Senang, sedih, dan pilu, itulah yang Delisa rasakan. Senang karena bisa bertemu Abi. Sedih karena Cut Aisyah, Cut Zahra, dan Fatimah yang sudah berbeda dunia dengan Delisa kini, dan Ummi yang tidak tau dimana keberadaannya sekarang, lebih seperti.. Menghilang. Dan pilu karena ini adalah pengalaman yang baru Delisa rasakan pertama kali, pengalaman yang sangat-sangat mengundang iba.

Delisa bangkit, berusaha melupakan semua yang terjadi pada dirinya. Walau pun tidak semuanya, tetapi Delisa berusaha. Sampai pada akhirnya dia dipertemukan oleh Ummi yang diam tak berdaya sambil memegang kalung indah yang terukir huruf “D” di depannya.


“D untuk Delisa!”     

     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar