"Bonjour!"
*Bonjour = halo
"Je m'appele Freya. Tu t'appelles comment?"
*Namaku Freya. Namamu siapa?
"Je m'appele Theo." *Namaku Theo. Ucap lelaki di depanku ini sambil tersenyum, membuat lesung pipitnya terlihat. Aku menebak usia dia adalah seumuranku. Aku melihat mata orang yang sudah lama kukenal di matanya. Entah ini kebetulan atau tidak, tapi aku merasakannya.
"Theo? Je te connais?" *Theo? Sepertinya aku mengenalimu. Ucapku dengan ragu.
"Hahaha." Dia hanya membalasnya dengan ketawa, dan aku benci itu. Bayangkan saja, kalian sedang bertanya, lalu orang yang kalian tanya hanya tertwa. Kita tidak tahu apa yang tersirat dari tawa itu, kan? Aku bahkan tidak tahu apa yang lucu dari ucapanku tadi.
"Tu habites oὑ?" *Kamu tinggal dimana? Tanyaku
"J' habite à Paris" *Aku tinggal di Paris
"Puis, tu as quel âge?" *Selanjutnya, umur kamu berapa?
"J'ai 15 ans" *Umurku 15 tahun
"Um.. Quelle est ta nationalitè?" *Apa kebangsaanmu?
"Je suis Indonèsien. Je vais en france pour étudier." *Aku orang Indonesia. Aku kesini untuk belajar. Ucapnya. Ya, dua kemiripan lagi selain mata dan matanya. Tapi, aku masih bisa menyebutnya kebetulan, kan?
"Je suis Indonèsien aussi! Alors tu es lycéen?" *Aku juga orang Indonesia! Kamu pelajar?
"Oui, je suis lycéen." *Iya, aku pelajar.
"Je peux regarder ton passport?" *Bolehkan aku melihat passportmu?
"Voilà" *Silahkan. Ucapnya sambil memberi passport berwarna hijau. Hijau. Ya, sudah jelas ini adalah passport Indonesia
"Merci. The report's done." *Terima kasih. Laporannya sudah selesai. Ucapku tersenyum -- mungkin ini adalah senyuman pertama yang aku berikan kepadanya.
"De rien. Au revoir!" *Terima kasih kembali. Bye! Ucap lelaki yang berada di depanku ini sambil merapikan tasnya. Sebagaimana kewajibanku, aku pun memberinya kunci no. 3012.
"Au revoir!" *Bye! Aku pun memberikan senyuman - entah apa yang membuat ku tersenyum bahkan, dia sudah pergi.
Perasaan aneh itu datang lagi, perasaan yang dulu pernah aku rasakan, perasaan yang bisa membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, perasaan yang bisa menghidupkan kupu - kupu yang sudah mati terlalu lama di perutnya, perasaan yang biasa dia rasakan saat bertemu dengan kakak kelas SMPnya dulu, Theo Geoffano.
Aku bahkan menemukan kemiripan antara mereka berdua -- kakak kelasku dengan lelaki yang baru aku lihat tadi. Sikapnya yang dingin, matanya, kata-katanya yang khas dengan brittish accentnya -- kakak kelasku itu memang blaster. Ayahnya adalah orang Indonesia, mungkin accentnya itu dia miliki dari ibunya yang memang brittish - bahkan cara jalannya pun sama, menyeret. Yang aku tahu, saat kelas 7, dia mematahkan kakinya atau lebih tepat betisnya, saat sedang bermain bola bersama temannya. Kejadian itu membuatnya harus istirahat selama 1 bulan. Waktu yang cukup lama untukku atau mungkin juga menurutnya.
Keesokan harinya, aku bangun pagi untuk menjalankan kewajiban anak 14 tahun, yaitu sekolah. Aku bersekolah di Douze Ecole yang berada 23 meter dari rumahku, dan 30 meter dari tempat kerjaku. Sebenarnya aku tidak diperbolehkan bekerja. Bayangkan saja, aku hanya berusia 14 tahun. Mamaku berkata bahwa bekerja seharusnya dilakukan oleh dirinya, bukan aku. Tapi setelah meminta dan memohon kepadaku yang juga tinggal disini hanya bersamaku, aku diperbolehkan. Tapi, seperti yang sudah aku duga sebelumnya. Ya, mamaku meminta perjanjian dariku bahwa dalam sebulan, aku hanya diperbolehkan mengambil 10 shift -- 1 shift adalah 1 jam -- yang berarti hanya 2 hari dalam seminggu. Setidaknya, aku tetap senang diperbolehkan bekerja membantu mamaku.
Sekolahku memang tidak terlalu besar, tapi aku nyaman bersekolah disini, teman - teman, fasilitasnya ang cukup memadai. Beberapa orang menyapaku di lorong menuju kelas pertamaku, Ekonomi. Saat aku sampai disana, aku melihat ada lelaki duduk di meja tempat favoritku. Apakah dia tidak tahu kalau semua orang tidak duduk disitu karena mereka tahu itu adalah meja favoritku. Ya, aku tidak tahu mengapa, tapi mereka selalu mengosongkan meja ini hanya untukku. Dan lelaki itu sedang mengobrol dengan Ivant, yang membuatku terpaksa mencari meja lagi. Setelah aku lihat lagi, muka lelaki itu pernah aku lihat sebelumnya entah dimana. Aku lupa.
________________________________________________________________________________________
"Too much love will kill you"
____________________________________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar